Industri Manufaktur di Indonesia
Manufaktur adalah suatu cabang industri yang
mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga
kerja
dan suatu medium proses untuk mengubah bahan
mentah
menjadi barang jadi untuk dijual. Istilah ini bisa digunakan untuk aktivitas manusia,
dari kerajinan tangan sampai ke
produksi dengan teknologi tinggi, namun demikian istilah ini lebih sering digunakan untuk
dunia industri, di mana bahan
baku
diubah menjadi barang jadi dalam skala yang besar.
Manufaktur ada dalam segala bidang sistem ekonomi. Dalam ekonomi
pasar bebas, manufakturing biasanya selalu berarti produksi secara massal untuk dijual ke pelanggan untuk
mendapatkan keuntungan. Beberapa industri seperti semikonduktor dan baja lebih sering
menggunakan istilah fabrikasi dibandingkan manufaktur. Sektor
manufaktur sangat erat terkait dengan rekayasa atau teknik.
Sejarah
Industrialisasi di Indonesia
Era
Industri Indonesia dimulai pada jaman kolonial Belanda. Yang mengejutkan, dari
beberapa fakta, ternyata era Industri ini berdekatan waktunya dengan awal
perkembangan Industri di Inggris dan Amerika, yaitu abad ke-18. Industri di
Indonesia dimulai bersamaan dengan awal perkembangan Pabrik-pabrik Gula di
Jawa.
Gula
merupakan komoditas utama pada jaman kolonial Belanda. Pada
tahun 1667 datang sekelompok pedagang Belanda di Pulau Jawa yang mendirikan
VOC. Dengan peningkatan permintaan gula di Eropa maka pada tahun 1750 pabrik
milik etnis Cina disewa untuk memproduksi gula di Eropa terutama di pantai
utara Jawa.
Penggilingan Tebu
Tradisional pada masa Kolonial
Awalnya teknologi pengolahan tebu menjadi gula begitu sederhana dan tradisional. Cairan atau sari tebu didapat dari alat pengepres berupa silinder batu atau kayu yang diletakkan berhimpitan. Salah satu silinder diberi tonggak yang digerakka secara manual oleh manusa atau ternak. Satau orang atau lebih memasukkan tebu ketengah putaran silinder. Hasil press berupa cairan sari tebu dialirkan ke kuali besar dibawahnya.
Mekanisme Penggilignan Tebu Tradisional
Karena tingginya
permintaan di Eropa, perlahan teknologi ini ditinggalkan. Mulailah Indonesia
pada jaman Hindia Belanda memasuki Era Industrialisasi dalam arti sebenarnya,
yaitu penggunaan mesin-mesin dalam melakukan proses produksi, sehingga meskipun
menghasilkan volume output sangat tinggi dibanding manual, quality tetap
terjaga.
Dengan didukung modal besar, pada
tahun 1830, pabrik gula di Jawa Barat bertenaga mesin mulai berdiri. Ini dapat
dilihat dengan adanya salah satu surat dari Jessen Trail and Company yang
ditujukan pada NHM ( Bank ) yang berisi :
“In
Embarking on the enterpries we now on hand, we very sensible of the deficiency
of the rude and imperfect machinery by which the manufacture of sugar was
carried on here, and therefore determined to import European machinery, with
skillfull men to conduct the same … We now have ( 1826 ) three sets of
mills. Where we employ a European horizontal mill with three cylinders, driven
by a six horse power steam engine, a European eight horse power mill, with
three cylinder. Worked by complete sets of iron boilers and iron and coppers
clarifiers, as also three distilleries, comprising six European copper stills …
and a suitable complement of fermenting system for distiling the molasses inti
Arak and Rum .”
Terjemahan bebasnya
kurang lebih seperti ini:
“
Dalam memulai perusahaan – perusahaan kita saat ini, kami sangat menyadari
mesin-mesin yang digunakan untuk pembuatan gula sangat tidak efisien dan tidak
sempurna, oelh karena itu kami ingin mendatangkan mesin – mesin dari Eropa
beserta tenaga ahlinya. Kami saat ini ( 1826 ) memiliki tiga pabrik
penggilingan. Menggunakan mesin giling horisontal dari Eropa dengan tiga
silinder, berpenggerak mesin uap 6 HP dan 8 HP, komplet dengan unit ketel
uap (boillers), clarifiers dari tembaga dan besi, dan tiga unit mesin destilasi
( destilleries ) dan enam unit penyulingan berbahan tembaga dari
Eropa…dan dilengkapi dengan sistem fermentasi untuk pembuatan arak dan rum.”
Mesin Giling Tebu
Dari surat diatas dapat kita lihat bahwa sejak tahun 1826,
Indonesia pada jaman Hindia Belanda telah memiliki tiga pabrik gula menggunakan
mesin - mesin produksi dan Steam Engine (Ketel Uap). Inilah titik awal
lahirnya Industri di Indonesia.
Pada tahun 1837 – 1838 didirikan pabrik-pabrik gula meggunakan mesin-mesin yang lebih modern di wilayah wonopringgo, Sragie, dan Kalimatie. Pertumbuhan industri ini menyebabkan tingginya permintaan akan tenaga kerja. Pada masa inilah, sejarah panjang tenaga kerja kontrak ( kuli kontrak ) di mulai dan pendorong penerapan sistem tanam paksa ( cultuurstelsel ) "yang brutal" tahun 1830 untuk mendapatkan suplay tenaga kerja dan bahan baku (tebu) dengan biaya yang murah.
Pesatnya pertumbuhan industri gula saat itu juga diikuti oleh pertumbuhan industri kereta api di akhir abad ke-18. Tercatat, sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jumat tanggal 17 Juni1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km). Sedangkan diluar Jawa ( Sumatera ), pembangunan Rel KA juga dilakukan di Aceh tahun 1874, Sumatera Utara tahun 1886, Sumatera Barat tahun 1891, dan Sumatera Selatan tahun 1914. Kereta Api pada masa itu digerakkan oleh lokomotif uap ( steam enginehasil pembakaran batu bara atau kayu
Pada tahun 1837 – 1838 didirikan pabrik-pabrik gula meggunakan mesin-mesin yang lebih modern di wilayah wonopringgo, Sragie, dan Kalimatie. Pertumbuhan industri ini menyebabkan tingginya permintaan akan tenaga kerja. Pada masa inilah, sejarah panjang tenaga kerja kontrak ( kuli kontrak ) di mulai dan pendorong penerapan sistem tanam paksa ( cultuurstelsel ) "yang brutal" tahun 1830 untuk mendapatkan suplay tenaga kerja dan bahan baku (tebu) dengan biaya yang murah.
Pesatnya pertumbuhan industri gula saat itu juga diikuti oleh pertumbuhan industri kereta api di akhir abad ke-18. Tercatat, sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jumat tanggal 17 Juni1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km). Sedangkan diluar Jawa ( Sumatera ), pembangunan Rel KA juga dilakukan di Aceh tahun 1874, Sumatera Utara tahun 1886, Sumatera Barat tahun 1891, dan Sumatera Selatan tahun 1914. Kereta Api pada masa itu digerakkan oleh lokomotif uap ( steam enginehasil pembakaran batu bara atau kayu
Lokomotif uap milik Deli Spoorweg
Maatschappij (tahun 1910-an)
|
beberapa faktor
berikut merupakan pendorong terjadinya era industri di Indonesia ( evolusi
Industri di Indonesia ) yang dimulai sejak tahun 1826 :
1.
Penemuan mesin uap
oleh James Watt’s Th. 1764
2. Berkembangnya
teknologi permesinan dalam industri manufacture sebagai dampak dari Revolusi
Indsutri di Inggris tahun 1800
3. Tingginya permintaan komoditas gula di Eropa
4. Ketersediaan tenaga kerja murah melalui sistem
kerja kontrak oleh Pemerintah Hindia Belanda
5. Ketersediaan Bahan Baku (tebu) murah melalui
sistem tanam paksa (cultuurstelsel) tahun 1830.
6. Perkembangan Indsutri Kereta Api.
Industri manufaktur di Indonesia mulai bangkit. Sebagian
produknya telah berhasil menguasai pangsa pasar dunia. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia diprediksi akan berada di posisi tiga besar setelah Tiongkok dan
India. Saat ini Indofood, Wings, Mayora, Garuda Foods, ABC, Dua Kelinci, Teh
Sosro, Ultra Jaya adalah nama para pemain lokal yang semakin
menggurita.Bangkitnya industri manufaktur Indonesia ditunjukkan dengan mulai
menguasai pangsa pasar dunia. Oleh karena itu, kekuatan ekonomi ini menjadi
modal bagi Indonesia untuk menuju ASEAN Economic Community pada tahun 2015.
Kebangkitan industri Indonesia telah terjadi dan jauh melampaui laporan Badan Pusat Statistik (EPS). Industri makanan dan minumanpertumbuhannya telah mencapai double digit Bidang industri otomotif mesin dan elektronikajugamengalamaipertumbuhan pesat di atas 20 persen.
la mengatakan, berdasarkan laporan BPS, industri kayu, pulp, paper dan barang cetakan yang tidak mungkin mengalami pertumbuhan negatif. Sebab pertumbuhhannya didorong oleh indutsri makanan dan minunian, tekstil, eletronika dan farmasi untuk kebutuhan packaging.
Namun kenyataannya industri kayu di luar Jawa yang menggunakan HPH justru mengalami penurunan. Sebaliknya industri kayu di Pulau Jawa bangkit dengan pesat. Salah satunya industri budidaya kayu sengon untuk dijadikan plywood, hardboard yang sangat maju pesat.
Dia kemudian mencontohkan perusahaan Sinar Mas untuk minyak sawit, pulp and paper, properti dan industri keuangan telah ekspansi ke Tiongkok dengan mendirikan 21 pabrik pulp and paper. Lokasinya di Hainan dan Guangxi. Sebagian besar pulp impor dari Indonesia. Lewat Asia Pulp and Paper (APP). Mereka menjadi pemain nomor satu di Tiongkok Mereka juga punya 4 pabrik di Kanada, dan masing-masing satu pabrik di Amerika, Francis, dan Jerman.
Untuk industri tekstil, ia memilih mencontohkan Sritex Solo yang telah membangun pabrik garmen dan unit spinning mill (pemintalan). Sritex kini memiliki 123 unit spinning mill. Padahal untuk membangun satu unit membutuhkan dana sedikitnya Rp 400 miliar. Benang saja, Tiongkok pesannya ke Sritex. Perusahaan ini juga membuat pesanan baju pakaian militer Nato dan tentara Belanda.
Kebangkitan industri Indonesia telah terjadi dan jauh melampaui laporan Badan Pusat Statistik (EPS). Industri makanan dan minumanpertumbuhannya telah mencapai double digit Bidang industri otomotif mesin dan elektronikajugamengalamaipertumbuhan pesat di atas 20 persen.
la mengatakan, berdasarkan laporan BPS, industri kayu, pulp, paper dan barang cetakan yang tidak mungkin mengalami pertumbuhan negatif. Sebab pertumbuhhannya didorong oleh indutsri makanan dan minunian, tekstil, eletronika dan farmasi untuk kebutuhan packaging.
Namun kenyataannya industri kayu di luar Jawa yang menggunakan HPH justru mengalami penurunan. Sebaliknya industri kayu di Pulau Jawa bangkit dengan pesat. Salah satunya industri budidaya kayu sengon untuk dijadikan plywood, hardboard yang sangat maju pesat.
Dia kemudian mencontohkan perusahaan Sinar Mas untuk minyak sawit, pulp and paper, properti dan industri keuangan telah ekspansi ke Tiongkok dengan mendirikan 21 pabrik pulp and paper. Lokasinya di Hainan dan Guangxi. Sebagian besar pulp impor dari Indonesia. Lewat Asia Pulp and Paper (APP). Mereka menjadi pemain nomor satu di Tiongkok Mereka juga punya 4 pabrik di Kanada, dan masing-masing satu pabrik di Amerika, Francis, dan Jerman.
Untuk industri tekstil, ia memilih mencontohkan Sritex Solo yang telah membangun pabrik garmen dan unit spinning mill (pemintalan). Sritex kini memiliki 123 unit spinning mill. Padahal untuk membangun satu unit membutuhkan dana sedikitnya Rp 400 miliar. Benang saja, Tiongkok pesannya ke Sritex. Perusahaan ini juga membuat pesanan baju pakaian militer Nato dan tentara Belanda.
Sumber:
Nama
Kelompok 8 : (1EB11)
1. Bima Indra Sutopo
(21216424)
2. Ismayagita Cipta
Rifinaya (23216616)
3. Riska Erviani
(26216474)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar